Senin, 14 September 2015

TARI JATHILAN

TARI JATHILAN

Description: Description: logo-ust.jpg

Oleh:
Enggi Arief Arfiandiasary
11 015 128
Tugas akhir mata kuliah Seni Tari semester Ganjil

7-C
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
GANJIL/ 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahka rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Seni Tari yang berjudul “Tari Jathilan”
Semoga melalui makalah ini penulis dapat menambahkan wawasan mengenai karya seni tari Jatilan yang ada di daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis penyadari terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Poppy, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Seni Tari
2.      Paguyupan kesenian Jathilan Turonggo Mudo Wasesa
3.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi kebaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

                                                            Yogyakarta,    Desember 2014

                                                                        Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................  i
DAFTAR ISI ...................................................................................................  ii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Tujuan ................................................................................................   1
B.      Manfaat .............................................................................................   1
C.      Tinjauan Pustaka............................................................................... . 2

BAB II ISI
A.      Penari................................................................................................. 4
B.      Kostum ..............................................................................................  4
C.      Riasan atau Make-up.......................................................................... 4
D.      Properti ...............................................................................................4
E.      Iringan Musik .................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP
A.           Kesimpulan ...................................................................................... 13
B.            Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui kelestarian tari Jathilan di Yogyakarta yang hampir punah.
B.     Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk pendidikan.
C.    Tinjauan Pustaka
1.      Asal Mula jathilan
Jathilan adalah salah satu jenis tarian rakyar yang bila ditelusuri latar belakang sejarahnya termasuk tarian yang sudah lama ada di Jawa. Penari Jathilan semula hanya diperagakan oleh 2 orang saja, tetapi seiring dengan perkembangan zaman Jathilan dilakukan lebih dari dua orang dan dilaksanakan secara berpasangan. Tarian Jathilan dilakukan dengan cara para penari menaiki kuda kepang dan bersenjatakan pedang.
Tari Kuda Kepang merupakan tarian rakyat yang sangat populer di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah Yogyakarta tari Kuda kepang dinamakan Jathilan. Bahkan ada daerah lain yang menyebutkan tari Jathilan  sebagai tari Incling, ada pula yang memberi nama Kuda Lumping atau Jaran Kepang.
Menurut sejarahnya tari Jathilan sudah ada sejak zaman primitif dan digunakan sebagai sarana upacara ritual yang sifatnya magis. Semula tari Jathilan hanya menggunakan peralatan yang sederhana. Begitu pula cara berpakaian  penarinya juga masih sangat sederhana. Seiring dengan perkembangan zaman, instrumen yang digunakan untuk tari Jathilan semakin komplit begitu pula kostum para penarinya juga sudah lebih bagus dan kreatif. Semula tari Jathilan hanya digunakan untuk acara ritual saja, sekarang sudah dijadikan sebagai seni pertunjukkan. Sebagai seni pertunjukan para seniman membuat sedikit perubahan, gerakan lebih diamis, kreatif. Dan lebih bervariasi.
Tarian Jathilan menggambarkan peperangan dengan dengan menaiki kuda dan bersenjatakan  pedang. Selain peneri berkuda ada pula penari yang tidak berkuda tetapi bertoprng, yaitu sebagai Penthul, Bejer, Cepet, Gendruwo, dan Barongan. Para penari jathilan biasanya ada penari yang sampai mengalamikeadaan Trance, yaitu keadaan dimana penari mengalami keadaan tidak sadarkan diri. Bahkan penari yang mengalami kesurupan tersebut bisa makan barang-barang dari kaca. Hal ini mustahil bisa dilakukan oleh penari biasa apabila tidak sedang mengalami trance.
Pada pertunjukkan Jathilan ada tempat atau arena yang tetap, hal ini berbeda dengan reog yang arenanya tidak tetap karena biasanya reog dipergunakan untuk mengiringi suatu karnaval atau upacara tertentu. Biasanya pendukung penari Jathilan berjumlah 35 orang, dengan perincian penari 20 orang, penabuh instrumen 10 orang, 4 orang sebagai pembantu umum atau menjaga keamanan, dan 1 orang sebagai koordinator pertunjukkan yang mengatur jalannya pertunjukkan dari awal hingga berakhirnya tari Jathilan.
Para penari menaiki kuda yang terbuat dari bambu dan membawa pedang seolah-olah hendak perang melawan musuh. ketika menari para penari menggunakan kostum dan tata rias muka yang realistik namun demikian ada pula grup Jathilan yang kostumnya non realistis terutama tutup kepala, yaitu menggunakan irah-irahan wayang orang. Pada kostum yang realistis, tutup kepala mengenakan blangkon atau iket kepala dan memakai kaca mata gelap. Kostum pakaiannya menggunakan baju atau kaos, rompi, celana panji, stagen dan timang.
Ada penari yang menggunakan topeng hitam yang disebut Bejer (Tembem atau Doyok), ada yang mengenakan topeng putih bernama Penthul atau Bancak. Bejer dan panthul berfungsi sebagai penari, penyanyi, dan pelawak untuk menghibur prajurit berkuda yang beristirahat. Pertunjukan Jathilan dapat dilakukan malam hari maupun siang hari. Tempat pertunjukkan berbentu arena dengan lantai berupa lingkaran dan lurus. Vokal hanya diucapkan oleh Penthul dan Bejer dalam bentuk dialog dan tembang. Instrumen yang dipakai adalah angklung 3 buah, kepyak setangkep, dan sebuah kendang. Semua peralatan instrumen tersebut diletakkan dekat arena pertunjukkan.
2.      Iringan Musik
Iringan musik yang digunakan pada Jathilan campur adalah gamelan berlaras slendro dicampur dengan musik diatonis, dan instrumen musik rakyat yaitu bedhug, dengan iringan gending ladrang dan lancaran.
Pada awal pertunjukkan dimulai dengan irama gendring ladrang Sri Slamet laras slendro pathet nem. Gendeng Sri Slamet ini sebagai penyajian prapentas yang mempunyai maksud agar selama mengadakan pertunjukkan Jathilan mendapat keselamatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak ada gangguan.
Iringan gendhing yang digunakan dikategorikan menjadi empat. Iringan pada tari Jathilan Campur Selamat Datang adalah adalah Sekar Dhandhanggula, yang mengiringi keluarnya tokoh penthul tembem. Dilanjutkan gending lancaran Kuda Lumping. Pada babak ini kan ditampilkan lagu-lagu dolanan dan campursari, seperti Uthuk-uwuk, Caping Gunung, Yen Ing Tawang Ana Lintang. Iringan musik tari Jathilan campul asli juga menggunakan sekar Dhandanggula. Dan saat penari keluar diiringi gendhing lancaran Kuda Lumping. Iringan yang digunakan pada tari Kuda Lumping adalah gendhing lancaran dengan irama matut irama. Iringan Blinderan adalah Ladrang Jangkrik Gengong untuk mengiringi keluarnya Maggala Yudha.

























BAB II
ISI
Hasil Observasi di Lapangan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Minggu, 14 Desember 2014 diperoleh hasil sebagai berikut,
A.    Penari
Jumlah penari jathilan seluruhnya 30 orang, meliputi tokoh raja, prajurit, raksasa, hanoman, penthul, dan barongan. Khusus penari utama yang membawa kuda lumping 10 orang atau 5 pasangan.

B.     Kostum
Kostum yang dikenakan penari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit kelompok orang pria sedang naik kuda dengan membawa senjata yang dipergunakan untuk latihan atau gladi perang para prajurit.
Description: C:\Users\8\Downloads\bagas.jpg
Gambar 1.      Kostum Jathilan
 (dokumentasi : Enggi, 2014)
                    
C.    Riasan atau Make Up
Konsep tata rias yang digunakan dalam kesenian jathilan tidak terlalu berlebihan, sehingga justru akan terlihat lebih menarik. Rias jenis ini merupakan konsep rias sederhana yang dapat dilakukan siapapun dan bisa digunakan untuk keperluan apapun. Tuntutan yang paling utama adalah bagaimana mengekspresikan gerak agar karakterisasi pertunjukan jathilan yang mengambil cerita tertentu dapat dipenuhi. Untuk jenis makeup kedua yang digunakan adalah karakter makeup yaitu diperuntukkan tokoh-tokoh dalam pementasan jathilan, misalnya Aryo Penangsang. Hal tersebut juga terjadi dalam dramatari, karena yang dibutuhkan adalah gerak-gerak penguat ekspresi.
D.    Properti
Properti dalam tari Jathilan adalah anyaman yang terbuat dari bambu yang berbentuk kuda yang berfungsi sebagai tunggangan prajurit yang gagah, lincah, dan gesit. Selain itu properti lain yang digunakan adalah pedang yang terbuat dari kayu atau pecut yang berfungsi untuk menunjang prajurit dalam berperang.
Gambar 2. Kuda kepang
(dokumentasi : Enggi, 2014)

E.     Iringan Musik
Iringan musik yang digunakan adalah musik gamelan sederhana
seperti gendang, bonang, saron, kempul, slompret dan ketipung.





BAB III
PEMBAHASAN
            Jathilan dikenal sebagai tarian paling tua di Jawa, dikenal juga dengan nama Jaran Kepang.  Tarian ini mempertontonkan kegagahan seorang prajurit di medan perang dengan menunggang kuda sambil menghunus sebuah pedang. Penari menggunakan kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit binatang yang disebut dengan Kuda Kepang, diiringi alat musik gendang, bonang, saron, kempul, slompret dan ketipung.

            Tarian ini pertunjukkan oleh penari yang menggunakan seragam prajurit dan yang lainnya menggunakan topeng dengan tokoh-tokoh yang beragam, ada Gondoruwo (setan) atau Barongan (singa). Mereka mengganggu para prajurit yang berangkat ke medan perang. Lakon yang dimainkan umumnya sama, seperti Panji, Ario Penangsang atau gambaran kehidupan prajurit pada masa kerajaan Majapahit. 

            Kostum lainnya berupa seragam celana sebatas lutut, kain batik bawahan, kemeja atau kaus lengan panjang, setagen, ikat pinggang bergesper, selempang bahu (srempeng), selendang pinggang (sampur) dan kain ikat kepala (udheng) dan hiasan telinga (sumping). Para penari berdandan mencolok dan mengenakan kacamata hitam. 

            Masyarakat lebih mengenal tarian ini sebagai sebuah tarian yang identik dengan unsur magis dan kesurupan. Pada tarian aslinya, para penari Jathilan menari secara terus-menerus sambil berputa           r-putar hingga salah satu dari mereka mengalami trance atau semacam kesurupan. Penari ini akan meraih apa saja yang ada di depannya, termasuk pecahan kaca, memakan rumput, mengupas kelapa dengan gigi dan adegan-adegan yang kelihatan tidak masuk akal lainnya. Penari mengunyah kaca seperti kudapan yang enak dan nikmat. Bagi sebagian penonton, adegan trance ini yang menjadi tontonan mengasyikkan.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dengan hadirnya bentuk kemasan baru yang lebih dinamis, kesenian jathilan makin diminati tidak hanya menengah ke bawah, namun kalangan menengah ke atas mulai gemar pada kesenian tari Jathilan. Adapun pengaruh positif dan negatifnya yaitu pengaruh positif, karena dengan adanya industri pariwisata memacu perkembangan kuantitas serta kualitas bentuk dan gaya penyajian jathilan. Pengaruh negatif, dengan hadirnya penawaran untuk program pariwisata, menimbulkan suasana kompetisi tidak sehat, di mana grup satu dengan grup lain berlomba menurukan harga demi untuk dapat pentas. Kedua, ketidakmerataan kesempatan grup jathilan tampil di tempat-tempat strategis untuk objek wisata. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial antar grup kesenian jathilan, yang akhirnya berbuntut pada konflik sosial.
B.     Saran
Kesenian rakyat seperti tari Jathilan ini seharusnya menciptakan guyub rukun, sehinggga dapat menjadi kebanggaan kelestarian seni tari di Indonesia.











DAFTAR PUSTAKA
Nanik Herawati. 2009. KESENIAN TRADISIONAL JAWA. Klaten: Saka Mitra Kompetensi


















tari jathilan

TARI JATHILAN

Description: Description: logo-ust.jpg

Oleh:
Enggi Arief Arfiandiasary
11 015 128
Tugas akhir mata kuliah Seni Tari semester Ganjil

7-C
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
GANJIL/ 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahka rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Seni Tari yang berjudul “Tari Jathilan”
Semoga melalui makalah ini penulis dapat menambahkan wawasan mengenai karya seni tari Jatilan yang ada di daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis penyadari terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Poppy, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Seni Tari
2.      Paguyupan kesenian Jathilan Turonggo Mudo Wasesa
3.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi kebaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

                                                            Yogyakarta,    Desember 2014

                                                                        Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................  i
DAFTAR ISI ...................................................................................................  ii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Tujuan ................................................................................................   1
B.      Manfaat .............................................................................................   1
C.      Tinjauan Pustaka............................................................................... . 2

BAB II ISI
A.      Penari................................................................................................. 4
B.      Kostum ..............................................................................................  4
C.      Riasan atau Make-up.......................................................................... 4
D.      Properti ...............................................................................................4
E.      Iringan Musik .................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP
A.           Kesimpulan ...................................................................................... 13
B.            Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui kelestarian tari Jathilan di Yogyakarta yang hampir punah.
B.     Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk pendidikan.
C.    Tinjauan Pustaka
1.      Asal Mula jathilan
Jathilan adalah salah satu jenis tarian rakyar yang bila ditelusuri latar belakang sejarahnya termasuk tarian yang sudah lama ada di Jawa. Penari Jathilan semula hanya diperagakan oleh 2 orang saja, tetapi seiring dengan perkembangan zaman Jathilan dilakukan lebih dari dua orang dan dilaksanakan secara berpasangan. Tarian Jathilan dilakukan dengan cara para penari menaiki kuda kepang dan bersenjatakan pedang.
Tari Kuda Kepang merupakan tarian rakyat yang sangat populer di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah Yogyakarta tari Kuda kepang dinamakan Jathilan. Bahkan ada daerah lain yang menyebutkan tari Jathilan  sebagai tari Incling, ada pula yang memberi nama Kuda Lumping atau Jaran Kepang.
Menurut sejarahnya tari Jathilan sudah ada sejak zaman primitif dan digunakan sebagai sarana upacara ritual yang sifatnya magis. Semula tari Jathilan hanya menggunakan peralatan yang sederhana. Begitu pula cara berpakaian  penarinya juga masih sangat sederhana. Seiring dengan perkembangan zaman, instrumen yang digunakan untuk tari Jathilan semakin komplit begitu pula kostum para penarinya juga sudah lebih bagus dan kreatif. Semula tari Jathilan hanya digunakan untuk acara ritual saja, sekarang sudah dijadikan sebagai seni pertunjukkan. Sebagai seni pertunjukan para seniman membuat sedikit perubahan, gerakan lebih diamis, kreatif. Dan lebih bervariasi.
Tarian Jathilan menggambarkan peperangan dengan dengan menaiki kuda dan bersenjatakan  pedang. Selain peneri berkuda ada pula penari yang tidak berkuda tetapi bertoprng, yaitu sebagai Penthul, Bejer, Cepet, Gendruwo, dan Barongan. Para penari jathilan biasanya ada penari yang sampai mengalamikeadaan Trance, yaitu keadaan dimana penari mengalami keadaan tidak sadarkan diri. Bahkan penari yang mengalami kesurupan tersebut bisa makan barang-barang dari kaca. Hal ini mustahil bisa dilakukan oleh penari biasa apabila tidak sedang mengalami trance.
Pada pertunjukkan Jathilan ada tempat atau arena yang tetap, hal ini berbeda dengan reog yang arenanya tidak tetap karena biasanya reog dipergunakan untuk mengiringi suatu karnaval atau upacara tertentu. Biasanya pendukung penari Jathilan berjumlah 35 orang, dengan perincian penari 20 orang, penabuh instrumen 10 orang, 4 orang sebagai pembantu umum atau menjaga keamanan, dan 1 orang sebagai koordinator pertunjukkan yang mengatur jalannya pertunjukkan dari awal hingga berakhirnya tari Jathilan.
Para penari menaiki kuda yang terbuat dari bambu dan membawa pedang seolah-olah hendak perang melawan musuh. ketika menari para penari menggunakan kostum dan tata rias muka yang realistik namun demikian ada pula grup Jathilan yang kostumnya non realistis terutama tutup kepala, yaitu menggunakan irah-irahan wayang orang. Pada kostum yang realistis, tutup kepala mengenakan blangkon atau iket kepala dan memakai kaca mata gelap. Kostum pakaiannya menggunakan baju atau kaos, rompi, celana panji, stagen dan timang.
Ada penari yang menggunakan topeng hitam yang disebut Bejer (Tembem atau Doyok), ada yang mengenakan topeng putih bernama Penthul atau Bancak. Bejer dan panthul berfungsi sebagai penari, penyanyi, dan pelawak untuk menghibur prajurit berkuda yang beristirahat. Pertunjukan Jathilan dapat dilakukan malam hari maupun siang hari. Tempat pertunjukkan berbentu arena dengan lantai berupa lingkaran dan lurus. Vokal hanya diucapkan oleh Penthul dan Bejer dalam bentuk dialog dan tembang. Instrumen yang dipakai adalah angklung 3 buah, kepyak setangkep, dan sebuah kendang. Semua peralatan instrumen tersebut diletakkan dekat arena pertunjukkan.
2.      Iringan Musik
Iringan musik yang digunakan pada Jathilan campur adalah gamelan berlaras slendro dicampur dengan musik diatonis, dan instrumen musik rakyat yaitu bedhug, dengan iringan gending ladrang dan lancaran.
Pada awal pertunjukkan dimulai dengan irama gendring ladrang Sri Slamet laras slendro pathet nem. Gendeng Sri Slamet ini sebagai penyajian prapentas yang mempunyai maksud agar selama mengadakan pertunjukkan Jathilan mendapat keselamatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak ada gangguan.
Iringan gendhing yang digunakan dikategorikan menjadi empat. Iringan pada tari Jathilan Campur Selamat Datang adalah adalah Sekar Dhandhanggula, yang mengiringi keluarnya tokoh penthul tembem. Dilanjutkan gending lancaran Kuda Lumping. Pada babak ini kan ditampilkan lagu-lagu dolanan dan campursari, seperti Uthuk-uwuk, Caping Gunung, Yen Ing Tawang Ana Lintang. Iringan musik tari Jathilan campul asli juga menggunakan sekar Dhandanggula. Dan saat penari keluar diiringi gendhing lancaran Kuda Lumping. Iringan yang digunakan pada tari Kuda Lumping adalah gendhing lancaran dengan irama matut irama. Iringan Blinderan adalah Ladrang Jangkrik Gengong untuk mengiringi keluarnya Maggala Yudha.

























BAB II
ISI
Hasil Observasi di Lapangan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Minggu, 14 Desember 2014 diperoleh hasil sebagai berikut,
A.    Penari
Jumlah penari jathilan seluruhnya 30 orang, meliputi tokoh raja, prajurit, raksasa, hanoman, penthul, dan barongan. Khusus penari utama yang membawa kuda lumping 10 orang atau 5 pasangan.

B.     Kostum
Kostum yang dikenakan penari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit kelompok orang pria sedang naik kuda dengan membawa senjata yang dipergunakan untuk latihan atau gladi perang para prajurit.
Description: C:\Users\8\Downloads\bagas.jpg
Gambar 1.      Kostum Jathilan
 (dokumentasi : Enggi, 2014)
                    
C.    Riasan atau Make Up
Konsep tata rias yang digunakan dalam kesenian jathilan tidak terlalu berlebihan, sehingga justru akan terlihat lebih menarik. Rias jenis ini merupakan konsep rias sederhana yang dapat dilakukan siapapun dan bisa digunakan untuk keperluan apapun. Tuntutan yang paling utama adalah bagaimana mengekspresikan gerak agar karakterisasi pertunjukan jathilan yang mengambil cerita tertentu dapat dipenuhi. Untuk jenis makeup kedua yang digunakan adalah karakter makeup yaitu diperuntukkan tokoh-tokoh dalam pementasan jathilan, misalnya Aryo Penangsang. Hal tersebut juga terjadi dalam dramatari, karena yang dibutuhkan adalah gerak-gerak penguat ekspresi.
D.    Properti
Properti dalam tari Jathilan adalah anyaman yang terbuat dari bambu yang berbentuk kuda yang berfungsi sebagai tunggangan prajurit yang gagah, lincah, dan gesit. Selain itu properti lain yang digunakan adalah pedang yang terbuat dari kayu atau pecut yang berfungsi untuk menunjang prajurit dalam berperang.
Gambar 2. Kuda kepang
(dokumentasi : Enggi, 2014)

E.     Iringan Musik
Iringan musik yang digunakan adalah musik gamelan sederhana
seperti gendang, bonang, saron, kempul, slompret dan ketipung.





BAB III
PEMBAHASAN
            Jathilan dikenal sebagai tarian paling tua di Jawa, dikenal juga dengan nama Jaran Kepang.  Tarian ini mempertontonkan kegagahan seorang prajurit di medan perang dengan menunggang kuda sambil menghunus sebuah pedang. Penari menggunakan kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit binatang yang disebut dengan Kuda Kepang, diiringi alat musik gendang, bonang, saron, kempul, slompret dan ketipung.

            Tarian ini pertunjukkan oleh penari yang menggunakan seragam prajurit dan yang lainnya menggunakan topeng dengan tokoh-tokoh yang beragam, ada Gondoruwo (setan) atau Barongan (singa). Mereka mengganggu para prajurit yang berangkat ke medan perang. Lakon yang dimainkan umumnya sama, seperti Panji, Ario Penangsang atau gambaran kehidupan prajurit pada masa kerajaan Majapahit. 

            Kostum lainnya berupa seragam celana sebatas lutut, kain batik bawahan, kemeja atau kaus lengan panjang, setagen, ikat pinggang bergesper, selempang bahu (srempeng), selendang pinggang (sampur) dan kain ikat kepala (udheng) dan hiasan telinga (sumping). Para penari berdandan mencolok dan mengenakan kacamata hitam. 

            Masyarakat lebih mengenal tarian ini sebagai sebuah tarian yang identik dengan unsur magis dan kesurupan. Pada tarian aslinya, para penari Jathilan menari secara terus-menerus sambil berputa           r-putar hingga salah satu dari mereka mengalami trance atau semacam kesurupan. Penari ini akan meraih apa saja yang ada di depannya, termasuk pecahan kaca, memakan rumput, mengupas kelapa dengan gigi dan adegan-adegan yang kelihatan tidak masuk akal lainnya. Penari mengunyah kaca seperti kudapan yang enak dan nikmat. Bagi sebagian penonton, adegan trance ini yang menjadi tontonan mengasyikkan.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dengan hadirnya bentuk kemasan baru yang lebih dinamis, kesenian jathilan makin diminati tidak hanya menengah ke bawah, namun kalangan menengah ke atas mulai gemar pada kesenian tari Jathilan. Adapun pengaruh positif dan negatifnya yaitu pengaruh positif, karena dengan adanya industri pariwisata memacu perkembangan kuantitas serta kualitas bentuk dan gaya penyajian jathilan. Pengaruh negatif, dengan hadirnya penawaran untuk program pariwisata, menimbulkan suasana kompetisi tidak sehat, di mana grup satu dengan grup lain berlomba menurukan harga demi untuk dapat pentas. Kedua, ketidakmerataan kesempatan grup jathilan tampil di tempat-tempat strategis untuk objek wisata. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial antar grup kesenian jathilan, yang akhirnya berbuntut pada konflik sosial.
B.     Saran
Kesenian rakyat seperti tari Jathilan ini seharusnya menciptakan guyub rukun, sehinggga dapat menjadi kebanggaan kelestarian seni tari di Indonesia.











DAFTAR PUSTAKA
Nanik Herawati. 2009. KESENIAN TRADISIONAL JAWA. Klaten: Saka Mitra Kompetensi